My Facebook

not shown

Kamis, 21 April 2011

Siapakah Seorang Teroris?

Saya orang awam sebenarnya kalau bicara mengenai teroris. Tapi, setelah mengalami banyaknya kejadian yang berhubungan dengan terorisme, sedikit banyak saya mulai paham apa dan bagaimana terorisme bisa berkembang seperti sekarang ini.
Saya rasa setiap orang pasti pernah merasa insecure atau tidak aman, di masa tersebut, ketika setiap hal terasa kurang, yang namanya prejudice atau prasangka, terhadap individu atau golongan dapat tersulut dengan mudah. Dengan cerita-cerita yang dapat direkayasa, pemikiran bahwa mereka jauh lebih baik dari yang lain sehingga dapat mempunyai peran lebih untuk mengubah hidup seseorang pun ditanamkan sampai ketaraf dimana perbuatan mereka yang sekalipun merugikan dapat bertujuan baik. Kebencian pun dapat tertanam.

Pada masa tersebut, ambisi juga dapat dengan mudah tersulut. Dengan sebuah gambaran ideal dan impian atau bahkan dengan cara menyanjung yang setinggi-tingginya kemuliaan dari hamba Allah SWT atau bahkan dengan hanya memanggil "bos" terhadap orang tersebut, tercipta perasaan sombong dan kemudian menjadi exclusive. Tidak ada dialog yang terbangun dengan individu atau golongan yang dianggap salah atau lain, yang ada hanya dialog dengan mereka yang sealiran, dan pemaksaan kehendak dengan perbuatan-perbuatan mereka, seperti berbohong, mencuri dll. Entah dengan bujukan apa. Dari sini munculah para pengantin yang siap direkrut.

Faktor kekerasannya sendiri saya rasa datang dari sikap non-kompromis dan asumsi-asumsi yang salah, seperti segala sesuatunya terjadi atas seijin Allah SWT, termasuk semua tindakan yang masuk kategori dosa besar. Tanpa adanya asumsi-asumsi tersebut akan sulit mereka mengingkari sebuah tindakan yang dosa. Kalau sifat radikal dan extremis, kemungkinan besar dari pengalaman-pengalaman atau gambaran kejadian yang nyata dan mengerikan yang dapat menghapus empati seseorang atau janji-janji manis yang menempatkan empati sebagai sesuatu yang tidak penting.


Kesemuanya dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi dan rahasia, ada yang mengatakan bahwa mereka bekerja secara terpisah dan berkelompok. Satu kelas tidak mengetahui apa tindakan yang dilakukan kelas selanjutnya. Untuk pelaku lapangan akan sangat sulit diminta keterangan atau pertanggung-jawaban karena mereka tidak memegang kontrol. Setiap orang hanya mengambil sebagian kecil dari tindakan. Tapi walaupun begitu, setiap tindakan dilakukan secara sistematis, artinya, dilakukan dengan suatu tujuan dan alasan tertentu. Akhirnya, setiap orang adalah martyr.

Awalnya hanya sekelompok kecil, lalu ada kelompok-kelompok lain yang menyambungkan aspirasi mereka, berlanjut dan berkesinambungan. Inilah sebuah latihan teroris kecil-kecilan yang pada akhirnya menjadi besar dan nyata. Satu hal yang mengganjal pemikiran saya, kalau memang untuk menyadarkan sesama muslim, kenapa tidak melalui syiar saja daripada melakukan teror. Syiar yang sesuai dengan ajaran agama dan bukan hasil rasionalisasi. Cukup sederhana saya rasa, daripada terjebak membuat perencanaan ini itu. Bukankah agama kita juga mengajarkan kesederhanaan?

Untuk lebih lengkapnya mengenai terorisme baca tulisan yang lebih canggih berikut ini.

0 comments:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites Gmail More