My Facebook

not shown

Arti Sebuah Cerita

Pernah dengarkan cerita-cerita hikayat rakyat yang berbentuk legenda dan mitos? Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa punya banyak sekali cerita hikayat, soalnya masing-masing daerah punya cerita sendiri-sendiri.

Arsitek Mimpi

Tahun 2009 gue pulang ke rumah orang tua gue untuk beristirahat, sekalian menyembuhkan keadaan gue setelah cukup lama keluar masuk rumah sakit.

Resep Masakan dan Kue

Kumpulan resep-resep favorit gue yang sudah dimodifikasi dan diracik dari dapur sendiri, bisa dilihat di halaman Hobi. Silahkan mencoba!

Mengenai Penyesatan

Ada banyak sekali aliran keyakinan dan sekte di dunia, dan beberapa diantaranya yang menggemparkan dunia dibahas di blog ini. Tulisan terdiri dari tiga bagian, bagian pertama dan kedua membahas aliran sesat yang berujung maut. Tulisan ketiga membahas aliran yang dianggap sesat dan sedang berkembang dewasa ini.

Ada Yang Sama?

Terkadang kita menemukan dua hal yang persis sama pada suatu kesempatan, baik itu nama, wajah, tanggal lahir dll. Akhir-akhir ini gue menemukan beberapa hal yang kebetulan menyamai diri gue yang gue bahas disini.

Rabu, 29 Juni 2011

The War As We Know It

Agak prihatin juga kalau melihat berita internasional yang melulu mengenai perang. Tidak banyak generasi kita tahu mengenai perang, karena Indonesia sendiri sudah merdeka hampir 66 tahun yang lalu (bentar lagi 66, angka yang unik). Yang mengalami pun sudah tidak ingat lagi bagaimana garangnya perang. Bahkan lukapun sepertinya sudah terhapus oleh waktu karena musuh sudah menjadi kawan sekarang.

Perang yang harusnya kita ketahui tidak melulu perang secara fisik, seperti tertera dalam buku sejarah. Perang yang merupakan bentuk perlawanan terkadang juga menyentuh hal yang sifatnya pemikiran dan ideologi. Andaikan dalam keadaan damai pun, kewaspadaan perlu tetap terjaga dari masuknya pengaruh asing. Intervensi ekonomi, sosial, politik dan budaya membuka kesempatan untuk berkembang. Tapi, haruskah sepenuhnya terbuka tanpa adanya posisi bertahan? Seharusnya, ada filter untuk meredam pengaruh asing yang masuk lewat pintu globalisasi. Namun, mudahnya masyarakat kita dibutakan dan tergiur oleh hal-hal yang baru dan menarik, membuat hal tersebut semakin sulit dibendung.

Setidaknya, sudah ada sebuah landasan ideologi yaitu Pancasila dan juga aturan dasar perundang-undangan yaitu UUD yang seharusnya bisa membendung aliran liberalisme yang masuk. Agama, norma dan etika juga mungkin salah satu yang bisa membantu melakukan kroscek terhadap paham liberalisme yang kebablasan.

Balik ke berita internasional, sekarang timur tengah sedang bergejolak, gejolak dari dalam maupun dari luar. Sebuah cermin  untuk tempat berkaca, apakah kita memang sudah cukup aman dari kemungkinan peperangan? Peperangan sangat identik dengan kekerasan. Kekerasan yang terjadi selama perang bukan hanya dialami tentara yang ada di medan perang, tapi juga para penduduk sipil. Akan banyak korban tidak berdosa akibat perang, walaupun terkadang perang memang tidak bisa dihindarkan.


Perang yang selama ini kita ketahui ada beberapa macam jenisnya. Berikut beberapa jenis perang tersebut:
  1. Perang Dunia : adalah perang yang melibatkan negara-negara adidaya dan berpenduduk banyak. Selama ini sudah terjadi dua perang dunia yaitu PD1 (1914-1918) dan PD2(1939-1945). Setelah dijatuhkannya bom nuklir di Jepang oleh Amerika Serikat, perang seakan-akan terhenti dan digantikan oleh Perang Dingin.     
  2. Perang Dingin : adalah perang yang terjadi paska PD2 antara Negara berpaham komunis dan negara-negara barat. Kata Perang Dingin sendiri berasal dari sebuah essay yang dibuat oleh George Orwell dimana di essay tersebut dia memperingatkan bahwa dunia yang ada dalam bayangan perang nuklir akan berada dalam "kedamaian yang tidak damai" yaitu suatu Perang Dingin yang permanen. Nuklir memang menakutkan, setelah Einstein (yang lahir di Jerman tapi pindah ke AS pada zaman kekuasaan Nazi) menemukan reaksi berantai dari suatu atom nuklir dan kemudian Amerika Serikat menggunakannya sebagai senjata dan menjatuhkannya di Jepang, momok dan trauma akan senjata nuklir tersebut ternyata cukup membuat negara-negara didunia berpikir panjang sebelum melancarkan sebuah agresi.     
  3. Perang Melawan Penjajahan : adalah perang melawan negara imperialis yang ingin menguasai suatu daerah. Indonesia melawan penjajahan negara-negara barat selama ratusan tahun dan kemudian Jepang selama 3,5 tahun. Tidak bijak mengatakan bahwa Indonesia kemudian diuntungkan dengan dijatuhkannya bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki. Tapi, memang setelah Jepang mengalami kejatuhan, Indonesia berhasil mendeklarasikan kemerdekaannya hanya dalam hitungan hari setelah bom atom tersebut dijatuhkan. Oleh karenanya, penting untuk menjaga amanah kemerdekaan dengan sebaik-baiknya kalau tidak ingin dijajah lagi.
  4. Perang antar Negara Tetangga atau Blok : adalah perang yang melibatkan negara-negara bertetangga, contohnya seperti perang Iran dan Irak.  
  5. Perang Saudara : adalah perang yang paling sering terjadi yang melibatkan beberapa kelompok orang dalam suatu negara, bahasa kerennya civil war (terkadang juga disebut intestine war atau domestic war). Perang Libya sekarang bisa termasuk perang saudara dimana NATO terlibat didalamnya.   
  6. Perang Melawan Terorisme : adalah perang yang terjadi setelah serangan 911 di AS. Perang Melawan Terorisme dilontarkan oleh presiden AS waktu itu, George W. Bush. Perang ini utamanya berfokus pada militan islam dan Al-Qaeda yang dianggap bertanggung jawab atas teror yang terjadi di AS. Kontroversi terhadap Perang Melawan Terorisme mengemuka karena tidak jelasnya siapa yang harus dilawan dan melawan. Kontroversi yang juga mewarnai kehidupan George W. Bush (sudah lihat filmnya W. belum? ). Sudah banyak korban baik di pihak AS maupun muslim dalam perang ini, apakah masih harus ada lagi W. yang lainnya? 

Jadi, adakah yang bisa kita pelajari selama tiga setengah abad plus tiga setengah tahun penjajahan dan peperangan dinegeri ini? Apakah kita sudah cukup bersyukur atas kemerdekaan yang kita miliki dengan mengemban amanah sebaik-baiknya dan tidak membiarkan orang asing menentukan jalan hidup kita? Perang memang memakan sumberdaya, energi, jiwa dan raga. Tidak ada yang menginginkan perang, tidak ada yang ingin terpecah-belah. Pastikan NKRI harga mati.




 *Sigh* Is not there a thing not based on script???

Rabu, 22 Juni 2011

TKW Kita Yang Selalu Didera Masalah

Kasihan sekali TKW kita selalu menjadi korban tanpa ada yang bisa bangkit untuk menolong mereka. Sulit mungkin kalau mengharapkan TKW kita bisa bangkit dari keterpurukannya ketika masalah yang di hadapi sebenarnya sistemik. Mereka menjadi TKW juga sebenarnya karena ingin mendapat pekerjaan yang layak. Ya, pekerjaan yang layak dan perlakuan yang layak. Mereka terancam tidak bisa mencari nafkah kalau tidak pergi ke luar negeri. Andaikan saja orang-orang di negeri ini sadar kalau ancaman terhadap seseorang adalah sebuah peringatan atau alarm untuk yang lain, dan bukan sebagai buah bibir. Peringatan kalau ada masalah yang tidak seharusnya ditutup-tutupi, masalah tersebut harus dihadapi dan dicari akar permasalahannya. Karena kalau peringatan tersebut tidak dihiraukan, lama-kelamaan masalah tersebut akan mengenai yang lain dan berkembang tidak terkendali. Sekarang Ruyati, lalu selanjutnya siapa?

Tapi tidak, solusi singkatpun diambil dan korbanpun berjatuhan. Tapi tetap saja pemerintah kita bersandiwara seakan-akan problemnya akan selesai dengan mudah. Yah seperti biasa, terlupakan oleh waktu dan diambil hikmahnya. Sekarang gue mau tanya, apakah sandiwara yang seperti Ruyati yang diinginkan oleh Allah SWT? Hanya sandiwara yang bisa menutupi ketidaksempurnaan dengan sempurna. Sandiwara yang dipaksakan oleh para pencari kesempurnaan hidup.

Sudah banyak nyawa melayang karena hal ini, kalau memang ingin bangkit dari keterpurukan, bukankah sandiwaranya harus diakhiri dan mengambil kendali atas masalah?

Kamis, 02 Juni 2011

Arti Sebuah Cerita

Pernah dengarkan cerita-cerita hikayat rakyat yang berbentuk legenda dan mitos? Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa punya banyak sekali cerita hikayat, soalnya masing-masing daerah punya cerita sendiri-sendiri. Dahulu, cerita-cerita hikayat tersebut dan juga dongeng digunakan untuk penyampaian nilai-nilai dan aturan yang berlaku secara turun temurun di suatu wilayah tertentu, sebagai bentuk pengajaran kepada generasi berikutnya.


Ketika masyarakat mulai diperkenalkan pada ajaran agama yang pokok yaitu Hindu, Budha, Islam dan Kristen, cerita-cerita hikayat ini mulai bergeser kedudukannya. Walaupun mungkin sebelumnya terjadi proses asimilasi, tapi peran cerita-cerita hikayat pada akhirnya tergantikan oleh ajaran agama dan pendidikan moral yang baku melalui pendidikan formal. Pendidikan moral yang baku mengacu pada pancasila dan UUD. Sementara dalam PAI (Pelajaran Agama Islam), referensi yang digunakan adalah Al-Quran dan hadist shahih. Cerita hikayat sendiri dimasukkan sebagai contoh literatur dalam pelajaran bahasa dan sastra. Hal tersebut sangat berbeda dengan pendidikan dibarat, karena di sana kitab suci dimasukkan sebagai literatur sejajar dengan cerita-cerita yang lain.


Sekarang, nampaknya peran cerita-cerita tersebut, kembali mengambil bagian yang besar di kehidupan masyarakat seiring dengan berkembangnya media untuk penyiarannya. Mulai dari cerita sinetron yang ga abis-abis, cerita cinta, cerita yang dibuat seakan sebuah realitas (reality show), cerita magis, cerita serem, cerita gosip, cerita religi, cerita tolong-tolongan dan seterusnya... gue sampai BT melihat realitas di masyarakat yang penuh dengan cerita. Bahkan sebuah realitas pun sampai menjadi sebuah drama, kayak drama century yang terdiri dari banyak episode.


Ada yang mengatakan bahwa cerita-cerita tersebut bisa menjadi bahan pelajaran bagi masyarakat luas. Tapi benarkah hal tersebut diperlukan? Masalahnya, kita kan sudah memiliki ajaran dan aturan yang baku yang sudah dipelajari di bangku sekolah. Ajaran dan aturan yang baku tersebut berasal dari referensi yang sudah jelas kebenarannya sehingga penyimpangannya dapat dikurangi.


Lagipula, permasalahan adalah sesuatu yang inherent di setiap kehidupan manusia. Menurut agama gue saja, yang namanya iblis dan setan selalu ada dan akan selalu mengganggu manusia. Godaan akan selalu ada pokoknya. Selama kita percaya ketentuan dari Yang Diatas tersebut, ga perlu kita bantu kerjaannya iblis dan setan untuk mengganggu manusia yang lain. Lah wong orang jahat aja sudah banyak banget kok, kenapa mau jadi orang jahat, atau kenapa mau buat masalah. Belum lagi kalau nanti yang diganggu dengan cerita dan permasalahan tersebut ikutan jadi ga baik juga. Dimana keyakinan kita sebagai orang beragama kalau mensyaratkan jadi jahat untuk bisa survive?


Atau, mendiskriminasikan orang-orang yang DIANGGAP ga baik (berdasarkan stereotype dari cerita-cerita tersebut, yang sumbernya jelas sekali kalau tidak jelas) sebagai sebuah kelompok tersendiri dan dijauhi yang kemudian malah menjadi usaha untuk menutup pintu rahmat bagi orang-orang tersebut (karena simply ga ada orang baik yang mau dekat-dekat). Akhirnya, nanti muncullah sabda dari cerita-cerita aneh ini yang mengatakan orang-orang yang beginian nih kalau begini akan jadi begini dan begini dan pasti akan begini apapun yang akan terjadi. Lalu dengan sedikit hocus pocus...Nah benarkan akan begini! Sadarlah permainan nya sudah tidak wajar. Thumbs up untuk mereka yang berani memberikan kepastian bahwa jalan yang berdasarkan penalaran adalah yang terbaik. Two thumbs up untuk yang merasa jalan tersebut sudah memberikan kenyamanan extra untuk mereka. Pastinya untuk mereka yang mainan jempol tersebut, harga keimanan mereka ya cuma sebatas jempol.


Sebenarnya, tidak ada satu pemikiran manusiapun yang walaupun terlihat sungguh bagus dan mulia yang pantas untuk memaksakan kehendak diatas kehendakNya. Karena, kalau sampai kehendak tersebut jadi dipaksakan, perkataan atau pemikirannya akan jadi fitnah, makanya, fitnah dikatakan lebih kejam dari pembunuhan karena hanya dengan kata-kata, sebuah kehendak terhadap seseorang atau sekelompok orang dapat disimpangkan dan dipaksakan. Apalagi kalau kata-katanya ternyata bukan berasal dari referensi ajaran agama maupun ajaran moral kenegaraan seperti Pancasila. Kehendak tersebut dapat merubah takdir seseorang atau sekelompok orang tersebut yang kemudian dapat merugikan orang atau kelempok tertentu. Makanya, jangan memakan perkataan tersebut mentah-mentah apalagi melakukan perbuatan yang berdasarkan fitnahan tersebut.


Lagipula, bukannya nanti malah jadi psikopat atau anti-sosial, segala sesuatu dilihat dengan pandangan curiga. Sedikit aneh, seram, jelek, galak, culas, beda, sudah langsung mempersiapkan tindakan yang mengundang konflik atau kalau nggak menghasut yang lain untuk menyamakan persepsi biar melakukan tindakan seirama senestapa. Akhirnya, muncullah sebuah stereotype baru lengkap dengan subset perilaku yang bisa diterapkan kepada stereotype tersebut dan apa yang sesuai untuk stereotype tersebut.


Kalau kemudian berpikir bahwa dengan melihat masalah yang segudang kita bakalan jadi orang yang waspada, belum tentu juga kali ya. Bahkan kemudian tingkat kewaspadaannya malah menjadi subjektif dan salah kaprah. Heh, bukannya sudah banyak contoh, perkataan-perkataan yang manis dan wajah yang bersih nan rupawan dengan rezeki segudang dan da'i kondang malah melakukan perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT?

Cerita Cinta

Senang dengan cerita berbau romance? Sama, gue juga suka baca cerita cinta, atau nonton film yang berbau romance, kayak Alpha and Omega misalnya (termasuk romance kan, tapi ceritanya memang mengenai Omega). Selama jalan ceritanya masih wajar, dan ga dibuat-buat jadi aneh, ok aja kok. Pernah ada yang bilang kalau masalah cinta membuat hidup seperti sinetron. Yah, ga usah pakai ada cinta-cintaan segala, kalau sang sutradara yang jadi bosnya, film horror pun jadilah.

Mungkin yang membuat cerita cinta menarik adalah karena memang cinta adalah sebuah fitrah manusia yang merupakan bagian dari emosi dan tidak mempunyai wujud fisik. Karena tidak berwujud itulah makanya cinta adalah sebuah misteri dan rahasia alam yang menarik. Bayangkan saja, seorang dokter dan pakar biologis aja masih belum bisa membongkar rahasia Tuhan YME mengenai tubuh manusia yang jelas-jelas ada perwujudan fisiknya. Apalagi emosi dan cinta. Makanya, aneh ketika orang bisa menilai sesuatu yang tidak berwujud tersebut, apalagi dengan menilainya sebagai salah dan benar atau besarannya.

Cinta ga bisa dibuktikan dengan hanya indera manusia, terkadang yang terlihat mungkin hanya penjelantahan dari nafsu manusia belaka atau emosi-emosi yang lain seperti ketakutan, kemarahan, kesedihan dan lainnya. Kita tidak bisa pungkiri bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi tindakan manusia dan setiap tindakan biasanya terjadi karena beberapa faktor-faktor yang berpengaruh tersebut. Oleh karenanya, suatu tindakan tidak bisa menjadi sebuah bukti akan ada atau tidaknya cinta. Satu contoh saja ya, orang jawa selalu mengatakan mangan ora mangan ngumpul. Maksudnya, mereka sangat mencintai kebersamaan apapun kondisinya. Sedangkan, kalau dibarat sana ternyata kalau kita mencintai anggota keluarga kita tapi tidak mampu untuk mengurusnya maka kita harus merelakannya untuk diurus oleh yang mampu merawatnya. Beda kan? Lalu yang mana dari kedua contoh tersebut yang merupakan tindakan cinta yang berlebihan? Jadi, jangan berusaha mengukur kadar cinta seseorang. We're not angels, we're human.

Kalau bicara agama, karena saya muslim, jadi yang saya tahu mengenai cerita cinta ya, Siti Hajar istri Nabi Ibrahim. Ketika sudah dari perjalanan jauh dan kehabisan air minum untuk anaknya, Ismail, Siti Hajar dengan doanya tanpa arah(an) berlari dari satu bukit ke bukit yang lain bolak balik untuk mencari air. Bagaimana seorang istri Nabi, doanya saja belum cukup dan harus berjuang tanpa putus asa dari Safa ke Marwah, adalah salah satu contoh cerita cinta yang patut diteladani. Kalau sekarang orang denger Safa Marwah ingetnya kan sama cerita sinetron yang ga abis-abis, entah sekarang ceritanya udah selesai apa belum. (: P)       

Yang menarik juga adalah bahwa cinta dapat membawa kita ke perasaan sedih dan gembira bahkan hanya dengan membacanya atau menontonnya. Ketika kemudian ada kisah kasih tak sampai yang membuat sedih, kita menyalahkan cinta tersebut sampai titik darah penghabisan. Bahkan menghakimi bahwa kesedihan tersebut adalah perbuatan yang salah, padahal, yang namanya gembira atau senang lebih banyak setannya. Ya kan?

Ditambah lagi, menyalahkan perasaan cinta tersebut padahal cinta adalah bagian dari manusia yang ga bisa dipisahkan dan diingkari. Biarkanlah saja secara wajar, karena kalau memang benar acuannya adalah agama, saya rasa adalah fitrah manusia untuk bisa membedakan antara hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia bahkan untuk masalah cinta. Karena Allah SWT adalah zat yang berbeda dan mempunyai 99 sifat yang Maha- yang tidak dimiliki oleh manusia, setiap orang yang beriman pasti merasakan perbedaan ini dan menghasilkan cinta yang berbeda pula, tidak akan mudah untuk sebrang menyebrang. Tingkatkan saja keimanannya dan bukan menghakimi perasaan cinta yang sudah merupakan fitrah. Adanya pengingkar fitrah manusia inilah yang kemudian membesar-besarkan masalah yang sebenarnya tidak berdasar sampai pada akhirnya ketika cinta itu datang dan tidak bisa dipungkiri lagi.

Tapi herannya, cerita cinta yang sedih-sedih malah semakin menjamur akhir-akhir ini dan seakan jadi trend (generasi EMO semakin banyak?). Mungkin mereka memang cukup membaca dan menontonnya saja, ga usah merasakannya dan biarkan realitas menggigit mereka nantinya, sama aja toh hasilnya, bahkan jauh lebih buruk.

 
Keep looking UP ^^^ as always.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites Gmail More