My Facebook

not shown

Senin, 21 Maret 2011

Motif si Pemberi Pinjaman

Kalau kita punya barang bagus, terkadang kita berpikir panjang untuk meminjamkan barang tersebut ke seseorang bahkan ke teman sekalipun. Apalagi kalau barang tersebut adalah pemberian atau mungkin titipan dari orang lain. Maklumlah, karena kalau terjadi apa-apa belum tentu orang yang kita kasih pinjam mau bertanggung jawab, iya kalau orangnya baik kalau ga baik gimana dong? Toh pemegang tanggung jawab sebenarnya ada ditangan yang memberi pinjaman.

Andaikan punya sendiripun pastilah sayang banget untuk dipinjam dan kita jadi sangat hati-hati meminjamkannya. Kalau dipinjam juga kita harus tahu untuk apa dan dalam kapasitas apa. Memangnya sampai sejauh mana sih barang-barang pribadi dapat dipinjamkan? Makanya, dalam hal pinjam-meminjam, motif dari yang mendapat pinjaman biasanya lebih dianalisa. Lalu, apakah motif dari si pemberi pinjaman bisa menjadi tidak penting?

Didalam masyarakat yang sudah seharusnya semakin kritis, motif si pemberi pinjaman harusnya juga di pertimbangkan. Apalagi kalau barang tersebut cukup fragile atau dapat menimbulkan konflik karena harga yang mahal misalnya. Ada niat apa kok dengan mudahnya meminjamkan barang sebagus ini? Bahkan apabila motif si pemberi malah kemudian melilit yang meminjam ya ga baik juga nantinya.  

Tulisan ini hanya untuk menyadarkan betapa pentingnya komunikasi dan keterbukaan dan juga  agar motif-motif terselubung tidak menjadi beban orang lain dikemudian hari. Lah nanti kalau ada yang komentar gini: "Emangnya lilin, gampang dipinjam-pinjam. Kalo lilin diminta juga nggak apa-apa."

1 comments:

Foto adalah salah satu contoh yang ga bisa dipinjamkan sembarangan. Soalnya pernah ada kejadian foto yang jatuh ketangan yang salah malah dicoret-coret yang ga senonoh. Atau misalnya kejadian mahasiswi binus clara adeline yang foto pribadinya tersebar kemana-mana, kejadian ini dah setaon yg lalu kalo ga salah. Jadi berhati-hatilah.

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites Gmail More