My Facebook

not shown

Arti Sebuah Cerita

Pernah dengarkan cerita-cerita hikayat rakyat yang berbentuk legenda dan mitos? Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa punya banyak sekali cerita hikayat, soalnya masing-masing daerah punya cerita sendiri-sendiri.

Arsitek Mimpi

Tahun 2009 gue pulang ke rumah orang tua gue untuk beristirahat, sekalian menyembuhkan keadaan gue setelah cukup lama keluar masuk rumah sakit.

Resep Masakan dan Kue

Kumpulan resep-resep favorit gue yang sudah dimodifikasi dan diracik dari dapur sendiri, bisa dilihat di halaman Hobi. Silahkan mencoba!

Mengenai Penyesatan

Ada banyak sekali aliran keyakinan dan sekte di dunia, dan beberapa diantaranya yang menggemparkan dunia dibahas di blog ini. Tulisan terdiri dari tiga bagian, bagian pertama dan kedua membahas aliran sesat yang berujung maut. Tulisan ketiga membahas aliran yang dianggap sesat dan sedang berkembang dewasa ini.

Ada Yang Sama?

Terkadang kita menemukan dua hal yang persis sama pada suatu kesempatan, baik itu nama, wajah, tanggal lahir dll. Akhir-akhir ini gue menemukan beberapa hal yang kebetulan menyamai diri gue yang gue bahas disini.

Rabu, 20 September 2017

Kekeringan di Negeri Tropis

Ketika orang ribut-ribut mengenai toleransi, ada satu yang nampaknya terlupakan. Toleransi kita terhadap alam. Ketika gue mendengar masalah kekeringan yang terjadi di banyak daerah, gue cukup khawatir karena kita ini hidup di negeri tropis, bagaimana kekeringan bisa melanda negeri tropis? Inikan hal yang bertolak belakang.
Lalu apa sebenarnya toleransi terhadap alam itu, dan bagaimana kita bisa melupakannya? Alam punya kebutuhannya sendiri, manusia pun punya kebutuhan. Ketika dua kebutuhan ini saling bertemu, manusia yang sadar bahwa kita lebih membutuhkan alam dibanding alam membutuhkan kita, menyadari bahwa ketika kita menggunakan alam, kita menggunakan toleransi yang diberikan oleh alam. Artinya, daerah yang dipergunakan oleh kita tidak sepenuhnya milik kita tapi alam juga bisa mempergunakannya. Ini makanya, ketika kita membangun, kita juga menanam pohon disekitarnya. Toleransi yang berusaha kita jaga ini, ternyata sekarang mulai terlupakan akibat gencarnya pembangunan. Alih-alih memberikan alam sedikit kekuasaannya atas tanah yang kita gunakan, kita malah menyingkirkannya ke kantong-kantong dimana  alam bisa terkontrol. Supremasi manusia dan arogansinya nampaknya melupakan bahwa alam juga bisa mengontrol kita. Dan bukan hanya itu, kenyataan kalau kita adalah negara tropis harusnya meyakinkan kita bahwa kita jauh lebih membutuhkan pepohonan-pepohonan berhijau tua tersebut dibandingkan negeri non tropis. Negeri non tropis boleh tidak membutuhkan pepohonan tersebut dan melakukan pembangunan tanpa pohon karena memang mereka jarang pohon. Tapi kita tidak seperti mereka, kita membutuhkan pohon-pohon ini agar dunia tidak terbalik.
Kalau kekeringan sudah mulai melanda, tolong dilihat lagi kebijakan yang dilakukan. Kembalilah ke lokal "wisdom", karena memang tidak semuanya diciptakan sama. Tanamlah tanaman lokal kita, dan ingat, makanlah sayuran hijau lokal kita sehingga kita bisa seimbang baik diluar maupun didalam. Menangkanlah hijau, in its real form, not just a cliche.

NB: Pohon berusia ratusan tahun  adalah grounding yang terbaik ketika semuanya ter-compromised.

Kamis, 07 September 2017

Modern Superstitious

Sorry, ini artikel cut and paste dari akun google+ gue dan ga sempat diterjemahkan ke bhs Indonesia. So, silahkan baca aja dan terjemahin sendiri. Maaf juga klo inggrisnya pas-pasan.

Long ago, diseases were believed to be a curse or bad fate. People were superstitious then that they just afraid to get a better understanding of the unknown. Now, we know that diseases are caused by some little creatures unable to be seen by the naked eye, thanks to all the pioneers brave enough to explore to the extreme.
But eventhough now we have a reasonable explanation of diseases and how to cure most of them, too many of us are only believing the explanation without the need to get a better understanding of the problem. We just accept the unknown to be known and believe it as told. In other words, we are not less superstitious than what we once before since we only believing something. And this happens to all matters that constitute our modern life. But since the fear has gone we might think that what we believe is not superstitious anymore. And so now people daringly tresspassing the unknown without any consideration to understand about it, undermining all the pioneers effort to get to what once is a lurking danger. And worse, we keep accepting things that we dont know as if those bad fate are no more accompany those things, we had lose our fear.
As modern people, we believe we are not superstitious, although we only know things by believing them. It seems, we've became superstitious but we never realize it, huh that is worse than the old day's people. A perfect world is an easy world, maybe that is the definition of modern world. Oddly enough modern people treat victims as a bad luck although they never consider the bad luck when dealing and making decision on things. Victims need to be sealed away or slipped them under the rug as if they are the bad luck. Very primitive actually considering that it is how primitive people cast away bad luck, cast and sacrifice people.
Now, as many new theories arouse and accepted and believed, one has intrigued me a lot. The one that said the world is flat. I want to smile but this is not a joke. No really this is not a joke!
It is an undisputable belief that earth is round. All and every progress that mankind achieved as of today are all based on this observation, that earth is round. It is within my expectation that the earth is round nothing else. No way.
But as an open minded person I question this statement more. If it is true that the earth is flat then everything we achieve as of today is false. All our experience and progress that had happen based on the assumption of a round earth is not suppose to be able to exist. So the flat earth couldnt be true, right? Since the existence of our being now on this earth is the prove that the earth is round. Unless someone can prove that history is false or a lie. This is why we dont mess with history. We dont lie around and conspire against it, creating an alternative history to live on.
The other thing about flat earth is that if it can be true then we must have lose one degree of information. If earth is flat, we had lost one variable that existed when earth was round and so things could be more easily predicted or determined. Just consider traveling on flat earth in one direction, we sure know we'll find the edge to stop. But on round earth, we never be sure where we could stop and we might continue traveling without ever stop unless we know one variable which is our destination, an objective.
So if flat earth could ever be true, the lost of one variable of information could only mean that we probably have undergo some changes. Wait, changes? Then I need to find something that could prove this changes had already happen. I should see something that has lost one degree of information but can fully describe reality. For instance, having less information like a 2D plane that could describe or present 3D object. If I could find this kind of evidence then I should say: OMG!! We live in WONDERLAND!! We live in flat earth but we dont know it!
Ok, what else to consider that could prove we have lose one degree of information? Well, if coincidence happens too often, if people behave like they know many things that they dont know, if people consume too much and more than they could swallow, if lies are written more often than the truth, if creativity surpass beyond necessary, if the cause is seems much smaller and negligible than the effect, then perhaps it is true the world is only "selebar daun kelor". At least in the mind of people living on it, they who lose their objective. Fear gives us objective, I think people should know that.
But flat earth might not be that bad since we couldnt mine too much from it anymore. So less destruction on earth?

Now, if I say the moon is virus that can do bad things to us, would you believe it? Further more it's not even the virus that is a warrant, it's the antivirus. No joke.


But seriously, this could be used for water purification.

Selasa, 05 September 2017

Krisis Kepemimpinan?

Gue bingung, kalau ada perbedaan atau kritik yang berbeda bukankah hal tersebut bisa dimusyawarahkan dan bukan kemudian malah di taruh ke ranah hukum? Bagaimana kepemimpinan bisa teruji jika tidak dapat mencapai mufakat atas sesuatu dan malah adu kekuatan di ranah hukum? Tidakkah negara ini sudah terjadi krisis kepemimpinan?
Bahkan untuk apa sesuatu diperdebatkan di muka publik ketika tidak terjadi permufakatan atas sesuatu yang didebatkan. Yang terjadi malahan perbedaan yang semakin meruncing dan pikiran kotor untuk bermain di wilayah abu-abu diantara dua perbedaan tersebut. Karena terkadang, yang namanya perbedaan bisa ditarik ke dua kutub yang saling bertolak belakang dan sangat umum, seperti perbedaan antara kuat dan lemah, kaya dan miskin serta pintar dan bodoh. Sehingga ketika ada yang bermain diwilayah abu-abu, merekalah yang kemudian menjadi kekuatan de facto yang bisa mengerucutkan dua perbedaan ini. Apapun hasilnya, apakah kemudian yang bodoh yang menang atau yang kaya yang menang, atau tidak ada yang menang sama sekali, atas dikotomi yang terjadi, merekalah yang bermain diwilayah abu-abu ini yang sebenarnya menang dan menjadi kaya sekaligus kuat sekaligus pintar. Pintar bukan? Tapi apakah mereka yang bermain ini punya pemikiran cukup panjang untuk tidak merusak keseimbangan yang ada? Apakah para non-bigotry ini kemudian tidak akan jatuh ke kebigotrian? Bagaimana kemudian sebuah kepemimpinan bisa digerogoti oleh yang berada di wilayah abu-abu ini yang semakin merajalela? Lagipula, perdebatan publik hanya untuk memenangkan secara de facto siapa yang lebih kuat dan pintar dan kaya? Isn't that bigotry? A fat bigotry? Is that the idea of democracy?
Balik lagi ke masalah hukum, memangnya hukum bisa menjadi pemimpin di negeri ini sehingga mampu mempertanggungjawabkan kebijakan-kebijakan yang terjadi di negeri ini? Lalu selanjutnya apa? Apakah persatuan Indonesia bisa ditaruh diatas meja hukum?
Pancasila ada di tangan masing-masing individu warga negara. Pelaksanaan dan perwujudannya hanya ada di tangan warga negaranya. Hukum punya batasan tertentu, jangan kemudian menaruh hal-hal yang tidak jelas atau fuzzy ke wilayah hukum. Tidak semua hal bisa terkuantifikasi, makanya hukum tidak bisa sepenuhnya mengatasi masalah keadilan dan peradaban di negeri ini. Negara ini negara hukum, ya, tapi negara ini juga butuh pemimpin. Hukum yang jelas dan pemimpin yang adil dan bijaksana, ini yang negara kita butuhkan.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites Gmail More