Ketika orang ribut-ribut mengenai toleransi, ada satu yang nampaknya terlupakan. Toleransi kita terhadap alam. Ketika gue mendengar masalah kekeringan yang terjadi di banyak daerah, gue cukup khawatir karena kita ini hidup di negeri tropis, bagaimana kekeringan bisa melanda negeri tropis? Inikan hal yang bertolak belakang.
Lalu apa sebenarnya toleransi terhadap alam itu, dan bagaimana kita bisa melupakannya? Alam punya kebutuhannya sendiri, manusia pun punya kebutuhan. Ketika dua kebutuhan ini saling bertemu, manusia yang sadar bahwa kita lebih membutuhkan alam dibanding alam membutuhkan kita, menyadari bahwa ketika kita menggunakan alam, kita menggunakan toleransi yang diberikan oleh alam. Artinya, daerah yang dipergunakan oleh kita tidak sepenuhnya milik kita tapi alam juga bisa mempergunakannya. Ini makanya, ketika kita membangun, kita juga menanam pohon disekitarnya. Toleransi yang berusaha kita jaga ini, ternyata sekarang mulai terlupakan akibat gencarnya pembangunan. Alih-alih memberikan alam sedikit kekuasaannya atas tanah yang kita gunakan, kita malah menyingkirkannya ke kantong-kantong dimana alam bisa terkontrol. Supremasi manusia dan arogansinya nampaknya melupakan bahwa alam juga bisa mengontrol kita. Dan bukan hanya itu, kenyataan kalau kita adalah negara tropis harusnya meyakinkan kita bahwa kita jauh lebih membutuhkan pepohonan-pepohonan berhijau tua tersebut dibandingkan negeri non tropis. Negeri non tropis boleh tidak membutuhkan pepohonan tersebut dan melakukan pembangunan tanpa pohon karena memang mereka jarang pohon. Tapi kita tidak seperti mereka, kita membutuhkan pohon-pohon ini agar dunia tidak terbalik.
Kalau kekeringan sudah mulai melanda, tolong dilihat lagi kebijakan yang dilakukan. Kembalilah ke lokal "wisdom", karena memang tidak semuanya diciptakan sama. Tanamlah tanaman lokal kita, dan ingat, makanlah sayuran hijau lokal kita sehingga kita bisa seimbang baik diluar maupun didalam. Menangkanlah hijau, in its real form, not just a cliche.
NB: Pohon berusia ratusan tahun adalah grounding yang terbaik ketika semuanya ter-compromised.
0 comments:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.